Beranda | Artikel
Menebar Dakwah Salafiyah Dengan Al-Fatihah
Kamis, 26 Maret 2015

image00

Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Rabb yang telah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada hamba dan utusan-Nya, sang pembawa petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan di atas semua agama.

Amma ba’du.

Tidaklah diragukan bagi setiap pencari kebenaran, bahwa surat Al-Fatihah mengandung banyak pelajaran dan faidah berharga bagi umat manusia. Oleh sebab itu setiap muslim diwajibkan untuk membacanya dalam setiap raka’at sholatnya, baik sholat fardhu ataupun sunnah. Inilah surat paling agung di dalam Kitabullah. Sebuah surat yang berisi pokok-pokok ajaran Islam. Sebuah surat yang menyimpan mutiara-mutiara hikmah bagi kehidupan insan.

Para ulama tafsir telah menguraikan sekian banyak faidah dan ilmu dari untaian ayat-ayat yang ada di dalamnya. Demikian pula para ulama akidah dan penyucian jiwa telah mendulang sekian banyak nasihat dan bimbingan bagi mereka yang ingin menempuh jalan menuju Rabbnya. Sebuah surat yang telah menghiasi lisan dan terukir di hati kaum muslimin dari berbagai lapisan usia di segenap penjuru dunia. Alangkah indahnya tatkala keagungan surat ini teresap dan tertanam di dalam hidup dan kehidupan mereka.

Adalah tugas bagi para ulama untuk menjelaskan kandungan ayat-ayat Allah dan menepis penyimpangan pemahaman yang diselipkan ke dalamnya. Dan menjadi kewajiban bagi para penimba ilmu untuk menyebarluaskan keterangan dan penjelasan mereka. Merupakan sebuah keutamaan dan tugas para da’i untuk mengajak umat untuk kembali ke jalan yang lurus. Jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang yang mendapat hidayah.

Surat Al-Fatihah adalah ummul kitab; induk daripada keterangan-keterangan Al-Qur’an dan poros daripada seluruh ajaran dan petunjuk yang ada di dalamnya. Karena itulah menjadi sangat urgen untuk mengupas dan menyajikan kesejukan pancaran ilmu dan kelembutan hikmah yang tersimpan di dalamnya kepada umat manusia. Di dalam tulisan yang singkat ini, kami hanya akan mencuplik sebagian faidah pokok yang perlu untuk diketahui oleh setiap muslim.

Pokok Pertama : Syukur Kepada Allah

Di dalam surat Al-Fatihah, kita senantiasa memuji Allah dengan ucapan ‘alhamdulillah’. Sebuah ucapan setiap hamba yang bersyukur kepada Allah. Ketika nikmat-nikmat yang Allah limpahkan kepada kita sedemikian banyak, maka sudah menjadi tugas dan kewajiban kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah atasnya. Apalagi nikmat yang Allah berikan kepada kita tidak terhingga jumlahnya. Segala kenikmatan yang ada pada diri kita adalah bersumber dari-Nya.

Meskipun demikian pada kenyataannya betapa sedikit diantara hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur kepada-Nya. Padahal, Allah telah menjanjikan apabila kita bersyukur kepada-Nya maka pasti Allah tambahkan kepada kita nikmat-Nya. Hakikat syukur itu adalah pengakuan di dalam hati bahwa segala nikmat datang dari-Nya, kemudian kita memuji Allah atas nikmat itu, dan kita tidak menggunakan nikmat-nikmat itu kecuali dalam perkara yang diridhai oleh-Nya. Sehingga orang yang paling pandai bersyukur adalah yang terbaik amalnya. Sebab hakikat syukur itu adalah amal salih. Amal yang ikhlas karena Allah dan mengikuti tuntunan rasul-Nya.

Pokok syukur itu adalah dengan bertauhid, yaitu beribadah kepada Allah semata. Karena hanya Allah lah yang menciptakan kita, yang memberi rizki kepada kita, dan melimpahkan segala nikmat kepada seluruh ciptaan-Nya. Sehingga bukanlah termasuk orang yang bersyukur apabila dia mempersekutukan Allah dalam beribadah. Seperti orang yang menyembah malaikat, nabi, wali, orang salih, jin, setan, kuburan, apalagi batu dan pohon. Dengan demikian segala perbuatan syirik adalah bentuk kekufuran yang akan mendatangkan azab Allah. Dengan sebab syirik itulah akan tercabut keamanan dan petunjuk dari diri manusia. Syirik itu pula sebab manusia kekal di dalam neraka dan tertolak seluruh amal mereka.

Pokok Kedua : Mengharap Rahmat Allah

Di dalam surat Al-Fatihah kita juga selalu menyebut nama-nama Allah, diantaranya adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim; yang maha pengasih lagi maha penyayang. Di dalam kedua nama ini terkandung sifat rahmat. Allah merahmati hamba-hamba-Nya. Allah telah menetapkan sifat rahmat pada diri-Nya, dan rahmat-Nya itu mengalahkan murka-Nya. Rahmat Allah sangat luas mencakup segala sesuatu, sebagaimana luasnya ilmu Allah. Kasih sayang Allah begitu besar kepada hamba jauh lebih besar daripada kasih sayang seorang ibu kepada bayinya.

Karena rahmat Allah inilah maka Allah berkenan mengampuni dosa orang-orang yang bertaubat kepada-Nya. Karena rahmat Allah inilah maka Allah mengutus para rasul-Nya untuk menjelaskan hakikat ibadah dan tata-caranya kepada umat manusia. Sehingga diutusnya rasul merupakan rahmat bagi seluruh manusia. Sebagaimana ajaran Islam adalah rahmat bagi umat manusia di dunia dan di akhirat kelak. Oleh sebab itu rasul memerintahkan kita untuk merahmati makhluk yang ada di bumi supaya Dzat yang di atas langit sana juga merahmati kita.

Pokok Ketiga : Takut Akan Azab-Nya

Di dalam surat Al-Fatihah kita selalu mengingat kebesaran kekuasaan Allah, bahwa Allah adalah penguasa pada hari pembalasan. Hari dimana tidak ada lagi raja yang bisa berkuasa di atas manusia yang lainnya. Semuanya tunduk dan patuh kepada perintah dan kekuasaan-Nya. Pada hari itulah akan dibalas manusia dengan amal-amal mereka. Apabila amal mereka baik maka diberikan balasan yang berlipat ganda. Dan apabila amal mereka buruk maka diberikan hukuman yang setimpal dengan kejahatan dan perbuatan mereka.

Pada hari kiamat itulah tidak lagi berguna harta dan keturunan yang dibangga-banggakan oleh manusia kecuali bagi mereka yang menghadap Allah dengan hati yang bersih dari syirik dan kekafiran. Pada hari itu setiap orang memiliki urusan yang menyibukkan dirinya masing-masing. Pada hari itu harta mereka tidak mencukupi untuk menebus siksa, demikian juga kekuasaan mereka telah sirna. Setiap orang akan lari meninggalkan saudaranya, ibu dan bapaknya, istri dan anak-anaknya. Itulah hari dimana mereka dikembalikan menuju Allah.

Pokok Keempat : Mengikhlaskan Ibadah Kepada Allah

Di dalam surat Al-Fatihah ini pula, kita selalu mengikrarkan keesaan Allah dalam hal ibadah. Yaitu kita beribadah hanya kepada-Nya dan memohon pertolongan pun hanya kepada-Nya. Segala bentuk ibadah adalah hak Allah semata, tidak boleh menerima persembahan ibadah siapa pun selain-Nya. Memurnikan ibadah inilah yang menjadi tujuan dan hikmah diciptakannya segenap jin dan manusia. Bahkan inilah misi utama dakwah para rasul dan kitab suci yang mereka bawa.

Ibadah tidaklah disebut ibadah kecuali apabila bersih dari kesyirikan. Oleh sebab itu setiap insan harus mengenali kesyirikan dan menjauh darinya. Ibadah kepada Allah hanya diterima jika dikerjakan dengan ikhlas dan selaras dengan tuntunan. Ibadah itu mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, berupa ucapan dan perbuatan, yang tampak dan tersembunyi. Ibadah adalah perendahan diri dan ketundukan yang dilandasi dengan puncak kecintaan. Sehingga ibadah hanya akan tegak di atas puncak perendahan diri dan kecintaan.

Ibadah kepada Allah ditegakkan di atas tiga amalan hati; cinta, takut, dan harap. Tidak akan benar ibadah seorang hamba kecuali dengan bersatunya ketiga hal ini di dalam hatinya. Ibadah kepada Allah adalah kebutuhan setiap insan. Tanpa ibadah maka hidupnya menjadi hampa. Ibarat bangkai berjalan yang berlalu-lalang di tengah-tengah kumpulan manusia. Ibadah adalah kunci kebahagiaan dan ketentraman jiwa. Dengan ibadah itulah seorang mukmin akan memetik kebaikan demi kebaikan di dalam perjalanan hidupnya. Ibadah ini jauh lebih dibutuhkan olehnya daripada makanan dan minuman. Karena ibadah adalah bekal untuk negeri akhirat yang abadi. Untuk itulah Allah memerintahkan kita untuk terus beribadah hingga datangnya kematian.

Pokok Kelima : Memohon Petunjuk Kepada-Nya

Di dalam surat Al-Fatihah kita selalu memohon hidayah kepada Allah; hidayah menuju jalan lurus. Hidayah Allah itu sangat kita butuhkan. Karena tanpa hidayah dari-Nya kita tidak akan mengenal Islam, tidak memeluknya, tidak mengikuti ajarannya, dan tidak bisa mati di atasnya. Oleh sebab itu hidayah adalah kebutuhan utama setiap hamba di alam dunia. Tanpa hidayah kita tidak bisa beribadah kepada Allah, apa pun bentuknya. Doa meminta hidayah inilah doa paling agung yang selalu kita baca di dalam sholat kita. Ini menunjukkan besarnya kebutuhan kita terhadapnya.

Kita membutuhkan hidayah kepada ilmu yang bermanfaat dan amal salih. Hidayah yang membimbing kita untuk terbebas dari fitnah syubhat dan syahwat. Hidayah yang mengumpulkan kita bersama kaum beriman dan ahli tauhid. Hidayah untuk mengikuti jalan para nabi dan pengikut setia mereka. Hidayah untuk meniti jejak kaum Muhajirin dan Anshar. Hidayah yang akan membimbing hati, lisan, dan anggota badan kita menuju ridha-Nya. Hidayah yang kita butuhkan di setiap jengkal kehidupan kita. Oleh sebab itu kita tidak bisa terlepas dari pertolongan dan hidayah-Nya walaupun hanya sekejap mata.

Pokok Keenam : Meniti Jalan Kebenaran

Di dalam surat Al-Fatihah ini kita selalu memohon kepada Allah untuk ditunjuki jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat. Inilah jalan kebenaran yang didambakan oleh hamba-hamba Allah. Jalan yang akan mengantarkan kepada surga dan menyelamatkan manusia dari azab neraka. Jalan yang melindungi manusia dari kesesatan dan kehancuran. Jalan yang menyatukan umat manusia dalam penghambaan kepada Allah. Jalan yang memadukan antara ilmu dan amal, antara niat yang baik dengan cara yang benar.

Wajib atas kita untuk meniti jalan kebenaran ini, dan janganlah kita merasa risau karena sedikitnya orang yang menyertai perjalanan kita. Dan wajib atas kita untuk meninggalkan jalan-jalan kesesatan dan janganlah kita merasa gentar oleh banyaknya orang yang binasa. Wajib atas kita untuk meniti jejak para pendahulu yang salih meskipun manusia menolak ajakan kita. Dan wajib atas kita untuk menjauhi pendapat akal serta pemikiran manusia belaka walaupun hal itu mereka hiasi dengan ucapan-ucapan yang indah dan menawan. Kebenaran tetaplah kebenaran walaupun hanya sedikit yang mengikutinya. Dan kebatilan tetaplah kebatilan walaupun banyak yang mengikutinya.

Tidak akan baik keadaan akhir umat ini kecuali dengan apa-apa yang telah memperbaiki keadaan generasi awalnya. Sementara generasi awal Islam menjadi baik dengan berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dengan mengikuti pemahaman para sahabat dan menjauhi kebid’ahan. Sesungguhnya Allah memuliakan dengan Al-Qur’an ini orang-orang yang berpegang-teguh dengan ajarannya dan merendahkan dengannya terhadap orang-orang yang berpaling dari petunjuk dan peringatan yang ada di dalamnya.

Pokok Ketujuh : Meninggalkan Jalan Yang Menyimpang

Di dalam surat Al-Fatihah pula, kita berlindung kepada Allah dari jalan orang-orang yang dimurkai dan jalan orang-orang yang sesat. Dimurkai akibat tidak mengamalkan ilmu dan tersesat karena beramal tanpa ilmu. Inilah sumber dari segala penyimpangan. Karena ketiadaan ilmu, atau karena keengganan tunduk kepada kebenaran. Jalan-jalan yang menyimpang begitu banyak, dan semuanya akan mengantarkan menuju azab neraka. Jalan menuju surga diliputi dengan hal-hal yang tidak disukai hawa nafsu, sedangkan jalan menuju neraka dikeliling oleh hal-hal yang disukai nafsu.

Wajib bagi setiap muslim untuk menghindar dari jalan penyimpangan. Untuk itulah setiap muslim wajib menimba ilmu agama. Ilmu yang dengannya dia bisa beribadah dengan benar kepada Rabbnya. Ilmu yang dengannya akan memudahkan jalan menuju surga. Ilmu yang dengannya seorang muslim bisa menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar sesuai batas kemampuan dan kapasitas dirinya. Ilmu yang bisa membedakan antara tauhid dan syirik, antara iman dengan kekafiran, antara sunnah dengan kebid’ahan, antara taat dengan kemaksiatan. Yaitu ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diterangkan oleh para ulama. Ilmu yang akan membuahkan rasa takut kepada Allah.

Setelah itu seorang muslim pun wajib mengamalkan ilmunya. Sebab ilmu tanpa amal laksana pohon tanpa buah. Ilmu adalah sarana sedangkan amal adalah tujuannya. Sesungguhnya ilmu itu diutamakan karena ia menjadi sarana untuk bertakwa kepada Allah. Beramal adalah dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Menunaikan kewajiban dan meninggalkan keharaman. Orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa. Ketakwaan itulah yang menjadi sebab terampuninya dosa dan datangnya curahan pahala. Ketakwaan yang benar-benar berakar dari dalam hati, bukan sekedar penampilan fisik dan angan-angan belaka.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/menebar-dakwah-salafiyah-dengan-al-fatihah/